Pagi itu bunda jalan-jalan sama mas Raffa. Tiba kami melewati suatu tempat yang sudah tak asing bagiku -daycare.
Ya, dulu mas Raffa pernah kutitipkan di sana saat aku kerja di sekolah -sedih kalau mengenang masa itu. Sempat satu dua kali sering terjadi drama jika aku beranjak pergi dari daycare. Apalagi saat aku kesiangan dan nyaris terlambat. Mas Raffa menangis tak ingin berpisah denganku, dan aku pun juga menangis.
-menangis sekencang-kencangnya di dalam helm selama naik motor ke tempat kerja. ;(
Sungguh dalam hati kecil tak ingin jauh darinya. Aku ingin berontak tapi percuma. Dan aku pun mengadu pada Alloh. Ijinkan aku bersama mas Raffa setiap hari, 24 jam, 7 hari dalam seminggu. Aku ingin hanya aku -ibunya- yang dia lihat, dia sentuh, dan dia dengar. Maka aku pun mencoba diskusi dengan kepala dingin kepada ayahnya, meloby ke sana kemari agar ayahnya setuju -agar aku tetap bersamanya. Aku ingin ASI mas Raffa tetap sempurna (karena mas Raffa tidak addicted jika minum ASIP) di samping itu kami juga ingin mas Raffa homeschooling. Berkat pertolongan Alloh aku berhasil resign, suamiku setuju -aku bahagia :). Bagaimanapun juga seorang Ibu (yang masih hidup) tak layak berpisah lama-lama dengan bayinya.
Kembali ke daycare -kayak tukul aja :D. Hm, drama itu kembali kulihat. Batita dan balita menangis sesenggukan, menangis histeris, tak mau berpisah dengan mama papanya. "Jangan pergi, Ma!". "Jangan pergi, Pa!". Pilu jadinya saat melihat mereka. Ingin rasanya memeluk mereka.
Sudah itu, ku ajak mas Raffa masuk ke ruangan agar dia bermain bersama temannya -yang dulu seangkatan saat di daycare. (Siapa bilang anak homescholling tidak bersosialisasi?). Tak lama tak sampai 30 menit kami pun pamit pulang karena di rumah masih ada cucian.
Beruntung kita mas Raffa. Bisa merasakan kemewahan bersama 24 jam, 7 hari dalam seminggu. Aku bersamamu. Kau bersamaku. Bunda akan selalu temanimu. :))
